Wereng dan hama putih palsu mulai menyerang puluhan hektare sawah di Kecamatan Ngemplak, Boyolali.
  Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan-Pengamat Hama dan Penyakit (POPT-PHP) Kecamatan Ngemplak, Zaenuri, mengatakan 29 hektare lahan persawahan di sejumlah desa, yakni Desa Ngesrep, Sindon, Ngargorejo, Sobokerto, dan Dibal di Kecamatan Ngemplak juga terserang hama wereng batang coklat.
  Setelah pengecekan lapangan pada Kamis (25/6/2015), kata dia, jumlah sawah terdeteksi hama bertambah 4 hektare. Dari 4 hektare tersebut, 2 hektare positif terdeteksi hama putih palsu, serta 2 hektare sisanya terindikasi hama wereng.
  Menurut Zaenuri, efek kerusakan dari hama putih palsu yang menyerang jaringan hijau daun tidak sampai melebihi 25%. Namun diakuinya hama jenis tersebut memang tidak cukup hanya dengan sekali penyemprotan pestisida.
  “Kalau hanya sekali disemprot tidak akan mati ulatnya. Sementara untuk serangan wereng, ini masih taraf aman. Kami akan segera mengantisipasi penyebaran lebih lanjut dengan secepat mungkin upaya penyemprotan,” kata dia sesaat setelah melakukan pengecekan hama di Desa Pandeyan, Ngemplak, Boyolali.
  Sementara itu, Kepala UPT Pertanian Kecamatan Ngemplak, Boyolali, Sukani, mengungkapkan sebagian dari sejumlah sawah yang terserang masih berupa gejala, seperti yang terjadi pada separuh dari total 20 hektare lahan optimasi di Desa Sindon, Kecamatan Ngemplak, Boyolali. 
  “Untuk yang di lahan optimasi, hama werengnya masih gejala, baru penetasan. Di Desa Manggung, 5 dari 10 hektare lahan optimasi juga terserang hama blast,” kata dia.
Saah seorang petani Ngemplak, Saidi, mengaku terlalu banyak memberikan pupuk urea di lahan persawahannya.
  “Padahal penyemprotan hama selalu saya lakukan rutin tiap 10 hari sekali, tapi tetap saja tidak mempan. Daunnya mlungker, berisi ulat kecil di dalamnya. Sebagian lagi daun-daunnya berubah warna coklat kering di beberapa blok, seperti terserang wereng,” ungkap Saidi, 68, anggota kelompok tani Maju Seneng 1 saat dijumpai solopos.com sesaat setelah pengecekan hama di areal persawahannya di Dukuh Garen, Desa Pandeyan, Kecamatan Ngemplak, Kamis.

Sumber : www.solopos.com

 

  Proses ganti rugi proyek jalan tol Solo - Kertosono (Soker) di wilayah Kabupaten Boyolali ditargetkan selesai bulan Agustus 2015 mendatang. Jika belum rampung, maka uang ganti rugi akan dititipkan di Pengadilan Negeri (PN) Boyolali.
  Hal tersebut dikemukakan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) tol Soker wilayah Boyolali, Walidi. Pihaknya pun optimis pembayaran ganti rugi bisa selesai sesuai target itu. “Jika hingga batas akhir ternyata belum selesai, maka uang konsinyasi kami titipkan ke PN Boyolali,” katanya kepada wartawan kemarin.
  Proyek jalan tol Soker di wilayah Boyolali melewati 10 desa. Yakni Desa Denggungan, Kecamatan Banyudono. Kemudian Desa Ngargorejo, Sobokerto, Ngesrep, Sindon, Dibal, Donohudan, Pandeyan dan Sawahan semuanya wilayah Kecamatan Ngemplak. Menerjang 1.789 bidang tanah dengan luas total 1.025 hektar. Sedangkan panjang jalan mencapai 14,3 km.
  Menurut dia, proses ganti rugi tinggal 10 persen. Pihaknya optimis, sisa 10 persen itu bakal segera tercapai kesepakatan dan akan segera dibayarkan. Saat ini, musyawarah terus diintensifkan guna mencapai titik temu. “Belum lama ini kami juga sudah membayarkan uang ganti rugi senilai Rp 21 miliar,” jelasnya.
  Sebelumnya, anggota Panitia Pengadaan Tanah (P2T) Boyolali, Jaka Diyana, menyatakan proses pembahasan ganti rugi untuk proyek jalan tol Soker terus berlanjut dan tetap menggunakan aturan lama. Yaitu ketua P2T tetap dijabat oleh Sekda, Sri Ardiningsih.
  Pemakaian aturan lama disebabkan proses pembebasan tanah dan pembayaran ganti rugi sudah lebih dari 75 persen. Sedangkan yang belum mencapai 75 persen, menggunakan aturan baru. Khusus untuk wilayah Desa Bangak, Kecamatan Banyudono sebenarnya terkena proyek tol ruas Semarang-Solo. Hanya saja, proses pembahasan ganti rugi ikut proyek tol Soker, seperti ganti rugi untuk tanah di Desa Denggungan. “Karena wilayah Desa Bangak berdekatan dengan Desa Denggungan yang dijadikan lokasi titik temu dua ruas tol tersebut,” katanya.
  Sementara itu jalan tol Soker di wilayah Kecamatan Ngemplak sudah dibangun. Namun belum tersambung seluruhnya. Warga pun memanfaatkan jalan tol yang belum selesai itu untuk melintas. Bahkan, juga sering digunakan muda-mudi untuk nongkrong di pagi dan sore hari. (MJ-07).