Sejarah Desa Sobokerto


              Menurut cerita dari para tokoh masyarakat yang berkembang di wilayah Desa Sobokerto, Bahwa nama Sobokerto Berasal dari kata Sobo dan Kerto. Sobo berarti mengembara, merantau, hengkang dari tempat tinggal sementara, Karto berarti ketentraman, kesejahteraan, kemulyaan, Jadi Sobokerto berarti mengembara, mengungsi, pindah untuk mencari ketentraman, kesejahteraan, kedamaian, dan kemulyaan.
               Konon pada zaman dahulu masih masa perang belanda Desa Sobokerto terutama wilayah yang dekat dengan lapangan pesawat terbang selalu dalam keadaan kurang tentram karena dihantui oleh pasukan Belanda pada waktu itu. Karena itu ada beberapa warga di Desa Sobokerto untuk mengungsi atau pindah ke wilayah yang lebih aman. Pada waktu itu diperkirakan masih aman dari ancaman serdadu-serdadu Belanda. Maka ada beberapa warga untuk sementara pindah ke wilayah di sekitar Gunung Setidar untuk mencari perlindungan dari ancaman serdadu-serdadu Belanda. Maka dukuh di samping Gunung Setidar dinamakan Dukuh Sobokerto yang selanjutnya juga menjadi nama sebuah Desa yaitu Desa Sobokerto. Demikian sejarah Desa Sobokerto, yang didapat dari cerita-cerita orangtua yang masih hidup dari beberapa versi.
               Kemudian untuk sampai saat ini Desa Sobokerto terdiri dari 16 Dukuh dengan 32 Rt  Rw dan 4 kebayanan, dengan mayoritas penduduk sebagai Petani dan Buruh tani.
Tokoh-tokoh yang pernah memegang jabatan sebagai Kepala Desa Sobokerto :
A.  Tokoh-tokoh masyarakat yang memegang Kepala Desa pada masa penjajahan Belanda
1.    Lurah Polo
Lurah pertama yang teringat oleh warga yang kemudian dijadikan nama salah satu pemakaman di Desa Sobokerto.
2.    Lurah Jati
Lurah pada periode penjajahan Belanda yang berasal dari Dukuh Jatisari.
B.  Tokoh-tokoh masyarakat yang memegang Kepala Desa mulai tahun 1942 – sekarang
1.    Parto Harjono (1942-1969)
2.    Sukimin (1969-1980)
3.    Miyono (1980-1988)
4.    Maryono (1988-2001)
5.    Ngatinem (2001-2013)
6.    Surahmin (2013-2019)