Atasi Hama Tikus, Boyolali Kembangbiakan Burung Hantu

  Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan Kabupaten (Dispertanhutbun) Boyolali, Jawa Tengah, telah mengembangkan burung hantu jenis "Tito Alba" untuk mengatasi hama tikus yang menyerang tanaman padi.
  Kepala Dispertanhutbun Kabupaten Boyolali Bambang Purwadi di Boyolali, Sabtu (30/1/2016), mengatakan pada 2016 melepas 72 ekor burung hantu di daerah rawan serangan hama tikus di empat kecamatan.

  "Sebanyak 36 pasang burung hantu atau 72 ekor akan dikembangkan dan dilepas di empat kecamatan yang menjadi langganan serangan hama tikus, yakni Simo, Banyudono, Sawit, dan Sambi," katanya.

  Bambang Purwadi mengatakan setiap ekor burung hantu mampu memangsa rata-rata dua hingga tiga ekor per hari, sehingga jika ada 72 ekor burung diharapkan dapat memangsa sekitar 150 ekor tikus per hari.

  "Kami pada 2000 dan 2013 masing-masing telah melepas sebanyak 30 ekor burung hantu, sedangakn 2006 sebanyak 10 ekor burung. Kami tahun ini, sebanyak 72 ekor burung yang dilepas pada awal Meret mendatang," katanya.
  Dia menjelaskan puluhan ekor burung hantu tersebut sebelum dilepas harus dikarantina terlebih dahulu dengan diberikan makan hama tikus dua ekor setiap hari.

  Hal itu, katanya, untuk pengenalan dan penyesuaian burung hantu dengan lingkungannya. "Burung hantu dikarantina dengan tujuan ketika dilepas di lahan pertanian, tidak bingung dan sudah terbiasa makan tikus," katanya.

  Ia mengatakan akibat serangan hama tikus di empat kecamatan di Boyolali pada 2015, puluhan hektare lahan pertanian gagal panen. Oleh karena itu, pihaknya berharap petani setempat ikut peduli dan memperhatikan perkembangbiakan burung hantu. Burung yang menjadi predator hama tikus itu, jangan sampai diburu oleh masyarakat.

  Pemerintah desa terkait jika perlu justru membuat peraturan desa tentang larangan berburu burung hantu sehingga keberadaan dan populasinya semakin tahun bertambah banyak.

  Selain itu, pihaknya berharap petani membuat tempat atau rumah-rumahan yang dapat menjadi sarang burung hantu, sehingga burung dapat menyesuaikan dan tidak terbang ke luar daerah.

  Dia menjelaskan pengembangan burung hantu tersebut seperti yang sudah dilakukan di Kabupaten Demak dan Pati, Jateng. Petani setempat, katanya, secara mandiri membuat rumah burung (gupon), dan sekarang jumlah burung hantu di daerah itu cukup banyak.

  Tikus yang biasanya menyerang tanaman padi di Demak dan Pati, sekarang tidak lagi serangan hama tersebut.

Sumber : www.okezone.com